Di sebuah desa terpencil bernama Desa Tentrem, tumbuhlah tiga sahabat sekaligus tetangga dekat yang akrab. Mereka adalah Bagas, Yogi, dan Neka yang kerap menghabiskan waktu sepanjang hari, seperti bermain dan belajar bersama. Desa Tentrem adalah sebuah tempat yang jauh dari keramaian dan pelosok, tempat di mana alam menawarkan keindahan yang luar biasa.
Kehidupan mereka penuh dengan tawa, kebahagiaan, dan mimpi-mimpi yang besar seperti ‘lukisan masa depan yang dikerjakan bersama-sama’. Pada musim panas, mereka akan pergi ke hutan belantara untuk menjelajahi alam. Sementara pada musim dingin, mereka akan membangun pondok salju dan bercanda sepanjang hari. Mereka menciptakan kenangan yang tak terlupakan pada kedua musim itu.
Persahabatan mereka pun benar-benar tumbuh saat mengalami petualangan yang tak terlupakan. Ketika duduk di bangku sekolah dasar, mereka pulang sekolah seperti biasa. Namun, mereka mencoba sesuatu yang belum pernah mereka lakukan dengan menjelajahi hutan yang dekat dengan Desa Tentrem. Mereka merasa seperti ‘penjelajah yang mencari misteri tersembunyi’.
Akan tetapi, mereka tersesat di tengah hutan yang rimbun dan terlalu jauh dari rumah. Semakin mendalam di hutan, mereka mencoba mencari jalan keluar dengan panik dan bingung. Ketika malam tiba, hutan itu menjadi semakin gelap dan menakutkan.
Meskipun ketakutan, mereka tidak pernah kehilangan harapan. Mereka berbicara tentang mimpi mereka, menceritakan kisah-kisah lucu, dan berusaha tetap bersemangat. Mereka saling mendukung satu sama lain bagai ‘tiga pelaut yang terdampar di laut yang tak berujung’.
Setelah melalui usaha keras dan tekad yang kuat, akhirnya mereka menemukan jalan keluar dari hutan itu. Mereka pun pulang dengan tubuh lelah tapi juga dengan hati yang penuh kebahagiaan karena berhasil melewati petualangan itu secara bersama. Pengalaman itu mengukir kenangan dalam hati mereka yang akan selalu diingat.
Ketika matahari mulai tenggelam, mereka tahu bahwa perpisahan akan tiba. Bagas yang harus pergi lebih awal, berdiri di tepi danau dan berkata dengan mata berkaca-kaca. “Ini adalah salam terakhir kita di sini, tapi ingatlah, pasti kita akan bertemu lagi. Ketika kita bertemu lagi, kita akan menjadi apa yang kita impikan.”
Perpisahan itu bukan disebabkan oleh pilihan mereka, melainkan karena keputusan orang tua Bagas yang hendak pindah ke kota. Yogi dan Neka harus menghadapi kenyataan bahwa Bagas, teman dekat mereka harus meninggalkan desa yang telah menjadi rumah bagi mereka bertiga. Karena orang tua Bagas telah memutuskan untuk memulai kehidupan baru di kota.
Ucapan Bagas membuat Yogi dan Neka tersenyum setuju. Mereka pun saling berpelukan sambil menumpahkan air mata. Ketiga sekawan itu juga berjanji untuk selalu berusaha mewujudkan impiannya masing-masing. Meskipun terpisahkan oleh jarak, tetapi persahabatan mereka tetap kokoh.
Bagas pergi dengan perasaan campur aduk, sedih karena meninggalkan teman-teman dan semangat untuk mengejar mimpinya. Sementara Yogi dan Neka tetap tinggal di Desa Tentrem dan saling mendukung satu sama lain dalam mewujudkan cita-citanya.
Walaupun terpisahkan oleh jarak, mereka tahu bahwa persahabatan yang dibangun akan tetap kuat. Ketika impian mereka tercapai nanti, mereka akan bersatu kembali ke danau yang indah di Desa Tentrem. Hal ini sebagai bukti bahwa persahabatan sejati bisa melewati segala rintangan dan jarak, bahkan di desa terpencil yang jauh dari keramaian dan pelosok. Persahabatan mereka ialah ‘cerita abadi yang terpatri dalam hati mereka’. Lalu, cerita di Desa Tentrem ini akan selalu ada di dalam kenangan mereka.
Bio Narasi :
Nama pemberian orangtua Suprayogi You can call me Yogi or Ogik.. Alamat Yogyakarta. Hobi banget nulis cerita kalau ada waktu luang karena senang dengan cerita fiksi. Bisa dihubungi on FB Suprayogi Budhi Purwanto. Follow me @prapurwanto
Penulis: Suprayogi Budhi Purwanto
Editor: Dyah Anggraini Widya Astuti
Sumber Gambar: Canva